Rabu, 29 Mei 2013

PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN GIZI ANAK

Studi kasus di : Ds. Gununggedangan kota Mojokerto

Abstrak

            Gizi adalah hal yang terpenting bagi perkembangan si anak. Dengan gizi yang tercukupi anak akan mampu berkembang secara optimal di masa-masa emasnya. Namun di Indinesia tak luput pula dari  masalah gizi buruk ini. Banyak sekali hal yang berakar dari permasalah gizi yang tak berujung.
            Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara pola makan anak terhadap perkembangan gizi anak. Entah itu pola makan anak sejak kecil, atau pola makan Ibu sejak dalam masa kehamilan di Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan masalah balita BGM (Bawah Gaeis Merah) yang ada di Desa Gununggedangan dan menjelaskan seberapa pentingnya peran orangtua dalam menangani masalah tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode wawancara, dokumen, dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita BGM di Desa Gununggedangan Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sejumlah 26 anak, serta diambil menjadi sample sebanyak 18 anak. Hal yang saya lakuakan  dalam penelitian ini adalah 1) Menghitung Berat badan anak dan berat badan Ibu, 2) Mencari Penyebab permaslahan balita BGM menurut para orangtua, 3) meneliti apa saja solusi yang sudah dilakukan orangtua sejauh  ini, dan 4) Pendapat orangtua tentang posyandu.
            Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan anak dan pola makan Ibu saat hamil dengan pertumbuhan gizi anak. Pola makan yang dibiasakan oleh orangtua adalah tonggak utama terjadinya permaslahan tersebut, lepas dari permasalah ekonomi penduduk. Karena meskipun terbilang keluarga miskin, bukan menjadi suatu halangan untuk tetap kreatif dalam mendidik anak. Saran yang dapat diajukan adalah, bagi para orangtua hendaknya lebih kreatif dalam masalah mendidik anak, jangan hanya berpangku tangan tanpa usaha yang lebih baik.

Kata Kunci: Pola makan, perkembangan gizi anak

Selasa, 28 Mei 2013

Mengapa Anak Memiliki Sikap Egosentris?


"Mama tidak sayang adek! mama membelikan baju hanya untuk kakak! adek kan juga mau ma. mama tidak adil."

Pernahkah anda mengalami hal demikian? Anak menangis, mengatakan bahwa anda (sebagai  orangtua) tidak sayang bahkan tidak adil memperlakukan mereka? Padahal kita sudah memberikan semua yang kita bisa untuk anak. Kita pun memberikan kasih sayang yang sama antara kakak dan adiknya, berupa belaian, pujian, baju, mainan, dan lain sebagainya. Mendengarkan jeritan anak seperti di atas, bukankah hati kita tersayat? bahkan kita terenyuh, mengapa mereka berkata seperti itu? padahal kita sudah memberikan semampu kita agar mereka bahagia. Perlu anda ketahui, bahwa hal demikian adalah sekelumit contoh dari sikap anak yang disebut "egosentris". usia dini adalah usia dimana anak masih dalam tahap berfikir egosentris. Berfikir egosentris adalah  ketidakmampuan anak untuk melihat sudut pandang lain dalam melihat suatu masalah dan mementingkan diri sendiri.

Egosentris adalah tahap perubahan kognisi pada anak usia prasekolah (2-5 tahun) dimana si anak hanya dapat melihat satu point of view dan menganggap point of view orang lain selalu sama dengan point of view anak tersebut (indra_PS).Sikap egosentris pada dasarnya adalah hal yang alamiah yang terjadi pada anak. Tidak perlulah kita sebagai orangtua, atau orang yang berada di sekitar anak untuk men-judge mereka bahwa mereka anak egois, nakal, tidak bisa berbagi, bandel, dan sebagainya. Saya rasa hal seperti itu tidak perlu kita lakukan. Coba kita renungkan sejenak, mengapa Allah SWT menciptakan anak-anak kita dengan sikap yang egosentris. .Bayangkan saja jika anak kita tidak memiliki sikap egosentris, dia akan menerima apa saja yang kita larang, misalnya..."jangan pegang itu nak!"
"iya ma""ayo cepat baca bukunya nak!""iya ma""ayo sekarang waktunya makan nak!""iya ma""jalan kaki nak!""iya ma""kaki kanan dulu,""iya ma""sekarang yang kiri!""iya ma"

hehehe. . . lama-lama anak kita bisa kita ubah menjadi bongkahan mesin yang bisa kita jalankan semau kita tanpa ada perlawanan dari si anak. 

Dan apa akibatnya?

Ya! benar! otak anak tidak akan berkembang. Padahal anak usia dini adalah masa dimana mereka memiliki "golden age", yang mampu berkembang pesat melebihi orang dewasa. Jika kita mematahkannya dengan mengatakan "jangan!" dan kita terlalu sering melarang, sinapsis yang sedang berkembang di otak akan putus, seperti pohon yang gersang. Apalagi jika Allah SWT tidak mengkaruniakan sikap egosentris pada anak. Bisa kita bayangkan betapa gersang sel-sel otaknya. 

Bisa kita tarik kesimpulan bahwa Allah SWT mengetahui semua yang tidak kita ketahui. Dan Allah tahu bahwa kita sebagai pendidik anak, secara tidak sengaja (atau mungkin sengaja) akan mematahkan perkembangan sel-sel otak anak yang ada di bumi ini dengan memaksa dan membatasi. Oleh karena itu Allah menciptakan sikap egosentris pada diri anak agar anak dapat membentengi dirinya sendiri dari para pendidik yang tidak bertanggungjawab. Dia tidak akan mudah menerima perlakuan dari kita semua, yang mungkin akan membatasi kreativitas mereka. 

Bersyukurlah jika anak anda memiliki sikap yang egosentris, itu wajar dan sangat alamiah sekali. dan untuk menanganinya, anda perlu berdiskusi dengan anak tentang akibat dari sikap egosentrisnya, ajak anak berempati kepada oranglain, berikan pengalaman bekerjasama, atau menolong oranglain, dan sebagainya. 
Tetap semangat untuk mendidik anak-anak kita,dengan ikhlas,penuh kasih sayang,belaian,pelukan,pujian,dan contoh yang positif,salam! :)